Yes.. for people who knows me, might be quite surprised that I love love love Anthony de Mello books. (Don't be so surprised. I am religious in my own unique way you know...)
I collect some of his books such as Doa Sang Katak I and II. I read all the mini stories in those books and decided to post some of them that gave me a kick in my heart. This is only one of them.
What makes this story is able to knock out my 'cruella de ville' heart is very simple. Because it is sooo dang true. I think that everybody who ever had a crush knew that sadly sometimes we interpreted it as true love.
While others might need only a month or a week, me, being a 'slow' person, it took me more than 5 years to finally admit to my self that I trully want him. and starting from that moment, nobody else will matter no matter how perfect they might be. (mr. reeves could be an exception though...hohohoho...just kidding dear...)
I hope this article able to encourage people (who might be in the verge of making any crucial decision right now) to test their 'love' not only through time and but more importantly, through space.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang putri berkeras hati mau kawin dengan salah seorang hambanya. Apa saja yang dikatakan dan dibuat oleh raja, tidak dapat mengubah ketetapan sang gadis. Dan tak seorang pun dari penasihat raja dapat menyarankan, apa yang harus dilakukan.
Akhirnya datang seorang hakim tua bijaksana di istana dan mendengar kesulitan raja, ia berkata: "Duli Tuanku mendapatkan nasihat yang salah, kalau sang putri dilarang untuk kawin, ia hanya akan mendendam kepada sang Baginda dan lebih tertarik lagi kepada sang hamba".
"Lalu apa yang harus kuperbuat?" teriak sang raja.
Hakim mengusulkan suatu rencana bersiasat.
Sang raja sangsi tetapi memutuskan mau mencoba. Putri muda dipanggil dan dia berkata, "Saya mau menguji cintamu kepada orang itu. Engkau akan dikurung dengan kekasihmu dalam ruang sempit terkunci selama tigapuluh hari siang malam. Jika setelah masa itu berakhir, engkau masih ingin kawin dengannya, engkau akan kuizinkan.
Sang putri, gembira luar biasa, merangkul ayahnya dan dengan senang hati menyetujui ujian itu. Semua berjalan baik beberapa hari, tetapi rasa bosan segera masuk. Dalam 1 minggu ia menginginkan teman lain dan jadi marah-marah atas setiap kata dan perbuatan kekasihnya. setelah dua minggu ia begitu bosan akan orang itu, hingga ia mulai menjerit-jerit dan memukuli pitu kamar itu. Ketika akhirnya ia dikeluarkan, ia merebahkan diri dan memeluk ayahnya penuh rasa syukur, karena ia diselamatkan dari orang, yang sekarang begitu ia benci.
Hidup terpisah membuat hidup bersama lebih mudah. Tanpa jarak orang tidak bisa berhubungan.
Doa sang Katak I, Anthony de Mello, Sj

Custom Search
Showing posts with label Anthony de Mello. Show all posts
Showing posts with label Anthony de Mello. Show all posts
Thursday, October 16, 2008
Wednesday, August 27, 2008
Berjalan dengan Tongkat
Karena suatu kecelakaan, seorang kepala desa tidak dapat lagi menggunakan kakinya. Maka ia berjalan dengan alat penopang. Lama kelamaan ia dapat berjalan dengan cepat - bahkan ia dapat berdansa dan melingkar-lingkar untuk menghibur tetangga-tetangganya.
Lalu ia mendapat gagasan untuk melatih anak-anaknya menggunakan alat penopang. Dalam waktu singkat berjalan dengan penopang menjadi lambang kedudukan yang tinggi di desa itu dan semua orang menggunakannya.
Sampai pada keturunan keempat tidak ada seorang pun di desa itu dapat berjalan tanpa penopang. Sekolah di desa itu memasukkan mata pejalaran "Alat penopang - Teori - Praktek" mata pelajarannya, dan tukang kayu di desa itu menjadi terkenal karena mutu alat penopang yang mereka hasilkan. Bahkan dibicarakan kemungkinan untuk mengembangkan alat penopang listrik, yang digerakkan baterei.
Pada suatu hari pemuda Turki menghadap para penatua desa dan bertanya mengapa semua orang harus berjalan dengan penopang padahal Allah telah memberikan kaki kepada manusia untuk berjalan. Para penatua desa itu merasa geli karena orang baru ini merasa lebih bijaksana daripada mereka. Maka mereka memutuskan untuk memberi pelajaan kepadanya. Mereka berkata, “Mengapa engkau tidak menunjukkan caranya kepada kami?””
“Baik”, kata pemuda itu.
Acara pertunjukkan ditentukan akan diadakan pada jam 10.00 hari Minggu berikutnya di lapangan desa. Ketika pemuda itu berjalan terpincang-pincang dengan alat penopang ke tengah lapangan, semua orang berada disana. Dan ketika jam desa menunjukkan pukul sepuluh, pemuda itu berdiri tegak dan menanggalkan alat penopangnya. Gerombolan orang itu terdiam saat ia melangkah maju dengan berani – dan jatuh tertelungkup.
Dengan itu semua orang semakin diyakinkan bahwa sungguh tidak mungkin berjalan tanpa bantuan alat penopang.
Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello Sj.
Lalu ia mendapat gagasan untuk melatih anak-anaknya menggunakan alat penopang. Dalam waktu singkat berjalan dengan penopang menjadi lambang kedudukan yang tinggi di desa itu dan semua orang menggunakannya.
Sampai pada keturunan keempat tidak ada seorang pun di desa itu dapat berjalan tanpa penopang. Sekolah di desa itu memasukkan mata pejalaran "Alat penopang - Teori - Praktek" mata pelajarannya, dan tukang kayu di desa itu menjadi terkenal karena mutu alat penopang yang mereka hasilkan. Bahkan dibicarakan kemungkinan untuk mengembangkan alat penopang listrik, yang digerakkan baterei.
Pada suatu hari pemuda Turki menghadap para penatua desa dan bertanya mengapa semua orang harus berjalan dengan penopang padahal Allah telah memberikan kaki kepada manusia untuk berjalan. Para penatua desa itu merasa geli karena orang baru ini merasa lebih bijaksana daripada mereka. Maka mereka memutuskan untuk memberi pelajaan kepadanya. Mereka berkata, “Mengapa engkau tidak menunjukkan caranya kepada kami?””
“Baik”, kata pemuda itu.
Acara pertunjukkan ditentukan akan diadakan pada jam 10.00 hari Minggu berikutnya di lapangan desa. Ketika pemuda itu berjalan terpincang-pincang dengan alat penopang ke tengah lapangan, semua orang berada disana. Dan ketika jam desa menunjukkan pukul sepuluh, pemuda itu berdiri tegak dan menanggalkan alat penopangnya. Gerombolan orang itu terdiam saat ia melangkah maju dengan berani – dan jatuh tertelungkup.
Dengan itu semua orang semakin diyakinkan bahwa sungguh tidak mungkin berjalan tanpa bantuan alat penopang.
Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello Sj.
Labels:
Anthony de Mello,
Customarily,
Tentang Kebiasaan
Mencontoh Raja
Ketika "Messiah" karangan Handel untuk pertama kalinya dipertunjukkan di London, raja hadir. Ia begitu terbuai oleh perasaan religius ketika paduan suara menyanyikan bagian Alleluia, sehingga di luar kebiasaan ia bediri hening penuh horman terhadap karya besar yang sedang ia nikmati.
Ketika melihat ini, para bangsawan yang hadir di sana mengikuti raja dan berdiri juga. Itu menjadi tanda bagi para hadirin yang lain untuk berdiri.
Sejak saat itu, dianggap suatu keharusan untuk berdiri setiap kali Alleluia dinyanyikan, tanpa peduli seperti apakah sikap batin orang yang mendengarkan atau mutu pembawaannya.
Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello Sj.
Ketika melihat ini, para bangsawan yang hadir di sana mengikuti raja dan berdiri juga. Itu menjadi tanda bagi para hadirin yang lain untuk berdiri.
Sejak saat itu, dianggap suatu keharusan untuk berdiri setiap kali Alleluia dinyanyikan, tanpa peduli seperti apakah sikap batin orang yang mendengarkan atau mutu pembawaannya.
Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello Sj.
Labels:
Anthony de Mello,
Customarily,
Religion,
Tentang Kebiasaan
Subscribe to:
Posts (Atom)