Wednesday, August 27, 2008

Berjalan dengan Tongkat

Karena suatu kecelakaan, seorang kepala desa tidak dapat lagi menggunakan kakinya. Maka ia berjalan dengan alat penopang. Lama kelamaan ia dapat berjalan dengan cepat - bahkan ia dapat berdansa dan melingkar-lingkar untuk menghibur tetangga-tetangganya.

Lalu ia mendapat gagasan untuk melatih anak-anaknya menggunakan alat penopang. Dalam waktu singkat berjalan dengan penopang menjadi lambang kedudukan yang tinggi di desa itu dan semua orang menggunakannya.

Sampai pada keturunan keempat tidak ada seorang pun di desa itu dapat berjalan tanpa penopang. Sekolah di desa itu memasukkan mata pejalaran "Alat penopang - Teori - Praktek" mata pelajarannya, dan tukang kayu di desa itu menjadi terkenal karena mutu alat penopang yang mereka hasilkan. Bahkan dibicarakan kemungkinan untuk mengembangkan alat penopang listrik, yang digerakkan baterei.

Pada suatu hari pemuda Turki menghadap para penatua desa dan bertanya mengapa semua orang harus berjalan dengan penopang padahal Allah telah memberikan kaki kepada manusia untuk berjalan. Para penatua desa itu merasa geli karena orang baru ini merasa lebih bijaksana daripada mereka. Maka mereka memutuskan untuk memberi pelajaan kepadanya. Mereka berkata, “Mengapa engkau tidak menunjukkan caranya kepada kami?””

“Baik”, kata pemuda itu.

Acara pertunjukkan ditentukan akan diadakan pada jam 10.00 hari Minggu berikutnya di lapangan desa. Ketika pemuda itu berjalan terpincang-pincang dengan alat penopang ke tengah lapangan, semua orang berada disana. Dan ketika jam desa menunjukkan pukul sepuluh, pemuda itu berdiri tegak dan menanggalkan alat penopangnya. Gerombolan orang itu terdiam saat ia melangkah maju dengan berani – dan jatuh tertelungkup.

Dengan itu semua orang semakin diyakinkan bahwa sungguh tidak mungkin berjalan tanpa bantuan alat penopang.

Doa Sang Katak 2, Anthony de Mello Sj.

No comments: